Warung Pak Mardi yang remang-remang
Warung makannya sederhana dan terkesan ndeso dengan asap membumbung oleh bakaran sate. Harum sate sapi menusuk nusuk hidung sampai badan ingin segera masuk dan duduk di kursi. Ternyata, di luar perkiraan! Hanya ada satu meja, selebihnya pengunjung diberikan tikar untuk duduk. Namun inilah kekhasan warung Pak Mardi. Kesan merakyatlah yang masuk ke otak. Tinggal memesan sate kere andalan di sini, nih!
Satu piring kupat sayur dengan tempe berasa pedas segar sudah di depan mata. Ada lima tusuk sate kere yang mengilat warnanya sangat menggugah selera. Rasa dari sate ini tak perlu diragukan lagi. Daging sapi yang digunakan diolah menjadi sangat empuk. Karena pada dasarnya daging sapi memiliki tekstur yang cukup keras, sehingga harus pintar-pintar dalam mengolahnya. Kemudian sayur tempe dengan kuah santannya juga tak kalah nikmat. Kuah sayur tempe ini terdapat rasa gurih di dalamnya. Mungkin dari santan yang digunakan. Tetapi juga ada rasa pedas yang menambah kelezatan ketika menyantap sate kere ini. Kuah dari sayur tempe ini menjadi pasangan yang pas, walaupun tidak menggunakan sambal, Anda sudah dapat merasakan pedas dari kuah sayur ini.
Pada tahun 1990-an, barulah Pak Mardi mulai membuka warung dengan tempatnya sendiri, dan tidak keliling menggunakan gerobak lagi. Tetapi pertama kali memiliki warung, Pak Mardi beserta istri masih harus membayar biaya kontrak tempatnya dan sempat mengalami berpindah-pindah mencari tempat yang baik untuk menjajakan sate kerenya. “Sekitar tahun 1990-an, saya mulai mempunyai tempat sendiri, tetapi itu kontrak. Sempat berpindah-pindah juga karena terkadang tempatnya tidak ada air,” sambung Bu Mardi sambil sibuk melayani pelanggannya.